TERNATE, Jhazirah.com — Suasana di Kedaton Kesultanan Ternate pada Senin (27/10/2025) tampak penuh khidmat dan kebanggaan. Di bawah payung tradisi dan kebudayaan, tokoh-tokoh bangsa dari berbagai daerah berkumpul dalam Deklarasi Forum Keberagaman Nusantara, sebuah momentum yang menggugah semangat kebangsaan dan kebhinnekaan Indonesia.
Kapolda Maluku Utara Irjen Pol. Waris Agono hadir mewakili Kapolri dalam kegiatan bertema “Merajut Akar Bangsa, Membangkitkan Rasa Nusantara untuk Mewujudkan Indonesia Emas.”
Turut hadir Ketua Dewan Pembina Forum Keberagaman Nusantara, Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma’ruf Amin, Sultan Ternate Hidayat Mudaffar Sjah, Danrem 152/Baabullah, Kajati Maluku Utara, serta sejumlah tokoh adat, ulama, dan perwakilan masyarakat dari berbagai wilayah Indonesia.
Dalam sambutannya, K.H. Ma’ruf Amin menegaskan bahwa berdirinya Indonesia bukanlah hasil yang mudah diraih. Perjuangan para pendiri bangsa harus dijaga dan diwariskan dengan semangat persatuan.
“Mendirikan negara ini tidak mudah. Kalau kita tidak merawatnya, bisa timbul konflik,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa keberagaman Indonesia adalah sumber kekuatan yang luar biasa — bukan alasan untuk terpecah belah.
“Alhamdulillah, kita mampu menjaga keberagaman ini. Negara lain bahkan belajar toleransi dari Indonesia. Mereka menganggap kita bangsa paling toleran,” kata Ma’ruf.
Deklarasi ini menjadi momentum penting untuk memperkuat peran tokoh adat, pemuka agama, dan sultan-sultan Nusantara dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selain itu, kegiatan ini juga menegaskan dukungan terhadap pelaksanaan Pasal 33 UUD 1945, yang menyatakan bahwa kekayaan alam Indonesia harus dikelola untuk kemakmuran rakyat, bukan segelintir pihak.
Dalam pidatonya, K.H. Ma’ruf Amin menggarisbawahi empat bingkai utama yang harus dijaga dalam merawat kerukunan bangsa: politis, teologis, sosiologis, dan yuridis. Keempat pilar ini menjadi pondasi bagi Indonesia untuk tetap kokoh di atas nilai Pancasila, UUD 1945, dan semangat kebangsaan.
Kedaton Ternate pun menjadi saksi, bagaimana pesan kebhinnekaan kembali digelorakan dari Timur Indonesia — tempat di mana akar budaya dan sejarah Nusantara tumbuh dan menyatu dalam semangat persaudaraan.



















