Labuha, JhaziraMU– Warga Desa Bobo, Kecamatan Obi Selatan, secara tegas menolak kehadiran perusahaan tambang PT Intim Mining Sentosa (IMS) di wilayah mereka. Mereka khawatir aktivitas tambang akan merusak lingkungan dan mengancam mata pencaharian mereka sebagai petani dan nelayan.
Dalam pertemuan bersama tokoh masyarakat dan pemuka agama, mereka menyatakan sikap bulat menolak PT IMS. Ketua Klasis Gereja Protestan Maluku (GPM) Pulau Obi, Pendeta Esrom Lakoruhut, mendukung penuh aspirasi warga. “Kami tidak ingin melihat masyarakat kecil menjadi korban tambang. Lingkungan harus dijaga, bukan dirusak demi keuntungan segelintir orang,” tegasnya.
Warga juga mengkritik kurangnya keterlibatan mereka dalam proses izin tambang. “Kami tidak pernah diajak bicara. Tahu-tahu, perusahaan sudah dapat izin. Bagaimana dengan nasib kami?” ujar salah satu warga dengan nada kecewa.
Arnoldus G, seorang warga yang hadir dalam pertemuan, mengingatkan bahwa pertambangan dapat menghancurkan sumber daya alam yang selama ini menjadi tumpuan hidup masyarakat. “Tanah dan laut adalah kehidupan kami. Jika tambang masuk, segalanya bisa hancur,” katanya.
Markus T, seorang nelayan, menambahkan bahwa dampak buruk pertambangan sudah terlihat di desa-desa sekitar yang lebih dulu terkena eksploitasi tambang. “Air laut jadi kotor, ikan sulit didapat, dan warga kehilangan penghasilan,” ujarnya.
Masyarakat meminta pemerintah meninjau ulang izin PT IMS dan memastikan kepentingan warga tetap menjadi prioritas utama. Mereka tak ingin masa depan desa mereka terancam oleh eksploitasi tambang yang berpotensi merusak lingkungan dan menghilangkan mata pencaharian mereka.