Ternate, Jhazira — Tidak semua pemimpin lahir dari ambisi. Beberapa, seperti Farida Saleh, justru lahir dari warisan nilai-nilai pengabdian. Menjadi Lurah Akehuda bukan sekadar jabatan, melainkan kelanjutan dari jejak kakeknya, Djabar Ibu, yang pernah memimpin desa selama 42 tahun.
“Beliau tak pernah bermimpi jadi orang kaya. Baginya, jabatan adalah alat untuk mengabdi,” kenang Farida.
Jejak Farida dimulai dari bangku SD Inpres Akehuda, lalu SMPN 2 dan SMAN 1 Ternate. Lulus dari IKIP Manado tahun 1994, ia melanjutkan studi S2 di STIE Malang dan rampung pada 2013.
Karier pendidikannya dimulai sebagai guru di Morotai, kemudian berpindah ke Ternate, mengajar di SMPN 5 dan SMPN 6. Total, ia mendedikasikan 12 tahun hidupnya untuk dunia pendidikan, termasuk sebagai pengawas dan pamong belajar.
Tahun 2022 menjadi titik baru. Ia dilantik sebagai Lurah Akehuda dan langsung membuat gebrakan. Setahun berselang, Kelurahan Akehuda menjuarai lomba 10 program PKK tingkat provinsi. Di tahun yang sama, ia menjadi satu-satunya lurah dari Maluku Utara yang lolos Paralegal Justice Award.
Selain mengurus kelurahan, ibu lima anak ini juga aktif di pendidikan nonformal. Ia pengurus Forum PKBM kota dan provinsi, asesor BAN PDM, sekaligus pengelola PKBM Mario Laha—tempat belajar bagi masyarakat putus sekolah.
“Ini semua adalah bentuk pengabdian. Saya hanya melanjutkan apa yang dulu kakek saya ajarkan: jangan pernah lelah melayani,” tuturnya.