TERNATE, Jhazira – Kota Ternate memang kecil, tapi kebutuhan ruangnya terus membesar. Di tengah euforia pembangunan, Sekda Rizal Marsaoly mengingatkan masyarakat soal ancaman tersembunyi: perebutan ruang kota tanpa kendali.
Dalam peringatan 20 tahun Ikatan Arsitek Indonesia Maluku Utara (IAI-MU) yang berlangsung hangat di malam Rabu (16/7/2025), Rizal melontarkan pernyataan tajam.
“Ruang kota kita itu terbatas. Jumlahnya tidak pernah bertambah, kecuali kita mau reklamasi. Tapi kan kita tidak bisa sembarangan,” katanya.
Rizal melihat tren mengkhawatirkan: pembangunan tanpa kendali, terutama di kawasan Kalimati dan lereng-lereng bukit. “Jalur air pun sekarang sudah dibangun kos-kosan. Padahal itu ruang hidup air, bukan manusia,” ungkapnya dengan nada prihatin.
Ia menyebut pentingnya perlindungan lewat RDTR agar warga tidak seenaknya menebang pohon dan membuka lahan. Sebab dampaknya tidak akan terasa hari ini, tapi lima sampai dua puluh tahun ke depan.
“Kalau tak ada proteksi, yang kena dampaknya justru warga di bawah. Ketika banjir datang, kita baru sadar kehilangan ruang itu menyakitkan,” ujarnya.
Melalui pesannya malam itu, Rizal tak hanya bicara sebagai pejabat, tapi sebagai warga kota yang peduli. Ia mengajak semua pihak—pemerintah, arsitek, dan masyarakat—untuk berpikir jauh ke depan.
“Jangan hanya lihat hari ini. Kita perlu tata ruang yang adil untuk generasi yang akan datang,” tutupnya.