Laporan ini dikutip dari mimbartimur.com
Halsel, Jhazira- Suara kemarahan warga Kayoa Utara meledak di tengah langkanya bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Mereka memutuskan memboikot Agen Premium dan Minyak Solar (APMS) Laromabati, yang berada di bawah naungan CV Kelfa Halsel Indonesia, setelah berulang kali kecewa dengan distribusi BBM yang dianggap tak berpihak pada masyarakat.
Aksi boikot ini bukan tanpa alasan. Dalam dua hari terakhir, sebanyak 70 ton BBM yang dikirim ke APMS tersebut ludes tanpa jejak. Warga menduga, BBM bersubsidi jenis pertalite itu dijual ke luar daerah, bukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal. Ada yang diangkut pakai mobil, ada pula yang dibawa keluar menggunakan longboat.
“APMS ini memang sudah lama jadi sorotan. Tiap kali BBM datang, dua sampai empat hari langsung habis. Karena dijual keluar semua, bukan untuk kami,” ujar At, salah satu warga yang geram.
Puncak kemarahan terjadi ketika seorang warga Desa Ngokomalako jatuh sakit dan perlu dirujuk ke Ternate. Namun, upaya evakuasi itu tertahan—tak ada bahan bakar yang tersedia untuk longboat. Padahal, baru pada 13 April lalu, 30 ton BBM masuk ke APMS Laromabati, terdiri dari 20 ton pertalite, 5 ton solar, dan 5 ton pertamax.
“Bulan sebelumnya juga sama. Hari Minggu kemarin BBM masuk 30 ton, tapi dua hari langsung habis. Saat ada warga yang sakit, kami minta BBM, tapi kata karyawan sudah habis. Itu yang bikin kami benar-benar muak,” kata At.
Warga lainnya ikut menyuarakan kekecewaan. Mereka bahkan mengancam akan memboikot APMS secara permanen dan meminta pemiliknya angkat kaki dari wilayah mereka.
“Kalau bisnis tapi tak peduli masyarakat, mending tutup saja. Kehadiran APMS harusnya mempermudah hidup kami, bukan malah bikin susah setiap bulan,” tegas seorang warga lain.
Hingga berita ini dikutip dari mimbartimur.com, penanggung jawab APMS Laromabati, Sant Ramdani, belum memberikan tanggapan.**