Jhazirah — Dominasi sektor tambang terhadap perekonomian Maluku Utara semakin menguat. Dalam sembilan bulan terakhir, ekspor nikel menembus Rp175,9 triliun, menjadikannya komponen ekonomi terbesar sekaligus paling menentukan di wilayah ini.
Besarnya nilai ekspor tersebut bahkan melampaui total PDRB 2024 Malut yang sebesar Rp95,79 triliun, serta seluruh APBD kabupaten/kota dan provinsi yang hanya mencapai Rp17,32 triliun.
Data bulanan mengonfirmasi stabilnya aktivitas ekspor. Nilai ekspor hanya turun signifikan pada Februari, tetapi kembali menguat pada bulan-bulan selanjutnya. Pada September, ekspor mencapai Rp1,37 triliun, menandai keberlanjutan tren positif industri nikel di pasar global.
Meski demikian, capaian besar tersebut menyoroti ketimpangan ekonomi yang semakin terlihat. Besarnya nilai ekspor belum berbanding lurus dengan kemampuan fiskal pemerintah daerah maupun peningkatan layanan publik.
Publik kembali mempertanyakan efektivitas redistribusi ekonomi nikel, mengingat PAD daerah masih minim dan ketergantungan pada APBD masih tinggi. Kondisi ini mendorong munculnya tuntutan agar pemerintah memastikan manfaat sektor nikel lebih merata dirasakan oleh masyarakat Maluku Utara.



















