MALUT, Jhazirah — Ledakan pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara disebut memberikan berkah tersendiri bagi provinsi tetangganya, Sulawesi Utara (Sulut). Hal ini disampaikan Peneliti Sidego, Mukhtar A. Adam, yang menilai Sulut sebagai daerah yang paling menikmati efek berantai dari aktivitas ekonomi skala besar di Malut.
Mukhtar menjelaskan bahwa Sulut memiliki sejumlah faktor strategis yang membuatnya menjadi penerima manfaat utama. Salah satunya adalah Pelabuhan Bitung yang berperan sebagai pintu gerbang logistik Maluku Utara. Selain itu, sektor perdagangan, jasa, dan hortikultura Sulut menjadi pemasok utama kebutuhan konsumsi masyarakat dan industri di Malut.
“Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulut sangat signifikan. Dari 132,23 pada 2020 naik menjadi 187,37 pada tahun 2024 atau tumbuh 42,6 persen. Pertumbuhan ini stabil dan sebagian didorong oleh aktivitas ekonomi Maluku Utara,” jelas Mukhtar.
Masuknya lebih dari 100 ribu tenaga kerja ke sektor pertambangan di Malut menciptakan lonjakan permintaan pangan yang sebagian besar dipasok dari Sulut. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya arus perdagangan pada rute Manado–Ternate, Bitung–Ternate, Manado–Halmahera, hingga Bitung–Halmahera.
Mukhtar menambahkan, layanan pariwisata, kesehatan, pergudangan, dan logistik di Sulut juga mengalami peningkatan permintaan seiring bertambahnya arus barang dan pekerja dari Malut. Data peningkatan jalur transportasi periode 2021–2024 memperkuat fenomena tersebut.
Ia menegaskan, melihat tren pertumbuhan itu, Sulawesi Utara menjadi provinsi yang paling merasakan keuntungan ekonomi dari pesatnya perkembangan industri di Maluku Utara.



















