TERNATE, Jhazira- Suasana emosional menyelimuti konferensi pers yang digelar tim hukum Muhaimin Syarif, Kamis (11/12/2024). Dengan suara tegas namun sarat harapan, Febri Diansyah, advokat senior yang mendampingi Muhaimin Syarif, menyampaikan pentingnya profesionalisme dalam pemberantasan korupsi.
“Kami menghormati majelis hakim yang akan memutuskan perkara ini pada 16 Desember 2024, dan mengapresiasi KPK dalam mengumpulkan data,” ucap Febri penuh keyakinan. Namun, ia mengkritisi proses hukum yang dianggap menyimpang dari fakta.
Dalam paparannya, Febri mengungkap 11 poin kritik terhadap tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) serta 24 analisis fakta dan aliran dana yang menurutnya sarat dengan asumsi. “Bagaimana mungkin menyebut ada suap jika dari 24 orang yang disebut menerima uang, hanya enam yang diperiksa di pengadilan?” tegasnya.
Ia menilai dakwaan JPU lebih banyak didasarkan pada spekulasi dan logika daripada bukti konkret. Salah satu contohnya adalah kesaksian Ramadhan Ibrahim, ajudan yang disebut menerima uang dari Muhaimin Syarif. Ramadhan mengakui bahwa dana tersebut digunakan untuk membayar cicilan mobil bekas dan membeli tanah, bukan untuk menyuap pejabat.
“Jika penerima sendiri menyatakan dana itu digunakan untuk kebutuhan pribadi, di mana unsur suapnya?” kata Febri.
Contoh lain adalah dana Rp400 juta yang disebut digunakan untuk pengaturan perjalanan umroh. Bukti transaksi bank menunjukkan bahwa dana tersebut merupakan pinjaman untuk memesan kursi perjalanan, bukan sebagai suap.
“Kami tidak meminta belas kasihan, kami menuntut keadilan,” ujar Febri dengan nada penuh harap. Di tengah derasnya tuduhan yang melingkupi kasus ini, ia berharap persidangan menghasilkan putusan yang didasarkan pada bukti nyata dan hukum yang berlaku.
Harapan akan keadilan kini menggantung di ruang sidang. Bagi Muhaimin Syarif dan tim hukumnya, perjuangan untuk menemukan kebenaran yang sejati masih terus berlanjut hingga akhir.
